Radar BI, Jakarta menempati peringkat 29 dalam daftar kota paling lambat di dunia bagi pengendara mobil. DKI Jakarta menempati peringkat sembilan di Asia.
Perlu rata-rata 22 menit dan 40 detik untuk menempuh jarak 10 km DKI Jakarta pada 2022, meningkat 2 menit dan 50 detik dari tahun lalu. Adapun hari paling lambat tahun lalu adalah tanggal 9 Desember.
Sementara itu, peringkat pertama ditempati London. Perlu 36 menit dan 20 detik untuk menempuh jarak 10 km di pusat ibu kota Inggris pada 2022, sebut kajian yang dilakukan perusahaan TomTom.
Catatan itu hampir dua menit lebih lambat dari 2021 dan merupakan waktu terlama untuk perjalanan jarak itu dari 389 kota di 56 negara tahun lalu.
Transport for London (TfL) yang mengelola jalan-jalan di London, mengatakan sedang bekerja sama dengan distrik-distrik kota itu.
Andy Marchant dari TomTom mengatakan orang-orang yang beralih menggunakan mobil selama mogok kerja pegawai kereta api telah meningkatkan kemacetan.
Kota-kota Inggris lainnya yang berada di peringkat 50 besar untuk kemacetan ialah Manchester di peringkat ke-24 dengan 23 menit dan 10 detik, Liverpool di peringkat ke-32 dengan 22 menit dan 20 detik, dan Edinburgh di peringkat ke-42 dengan 21 menit dan 30 detik.
Juga dalam daftar 50 besar untuk ongkos mengemudi ialah Bristol di urutan ke-19, Brighton di urutan ke-41, Manchester di urutan ke-47, dan Edinburgh di tempat ke-48.
Analisis ongkos mengemudi, berdasarkan harga bensin, solar, dan pengisian daya kendaraan listrik (EV), dan dengan mempertimbangkan dampak kemacetan pada konsumsi bahan bakar, mendapati bahwa London juga merupakan kota termahal kedua di dunia untuk berkendara pada tahun lalu, di belakang Hong Kong.
Pengisian daya mobil yang mahal Spesialis teknologi geolokasi TomTom juga menemukan biaya penggunaan titik pengisian cepat kendaraan listrik di London termasuk yang termahal di dunia tahun lalu.
Untuk berkendara sejauh 16.000km di London tahun lalu, orang-orang yang mengisi daya mobil mereka dengan cara ini menghabiskan sekitar 2.055 poundsterling (Rp 37 juta), dibandingkan dengan 1.969 poundsterling (Rp 36 juta) di Paris, 1.888 poundsterling (Rp 34 juta) di Brussels, 1.794 poundsterling (Rp 33 juta) di Berlin, dan 1.220 poundsterling (Rp 22 juta) di New York.
Marchant berkata, “karena konfigurasi jaringan jalan di pusat kota London, waktu perjalanan bahkan tanpa kemacetan termasuk yang terlambat di dunia. Ini tidak berarti bahwa London adalah kota paling macet di dunia.”
Namun, ada hubungan yang jelas antara peningkatan kemacetan lalu lintas dan kecepatan rata-rata London yang paling lambat pada tahun 2022.
Sementara aksi mogok menyebabkan tingkat kemacetan lalu lintas melonjak, manajemen lalu lintas yang lebih baik berdasarkan kecerdasan data waktu-nyata diperlukan sepanjang tahun untuk memastikan arus lalu lintas yang layak dan penggunaan infrastruktur kota yang efisien, sambungnya.
Carl Eddleston, direktur manajemen dan ketahanan jaringan TfL, mengatakan, kami ingin memastikan warga London dapat bergerak di sekitar ibu kota seaman, berkelanjutan, dan seefisien mungkin dan kami bekerja sama dengan borough (satuan administrasi setara dengan distrik) untuk memastikan jaringan jalan London memainkan peran penting dalam hal ini.
“Pusat kendali kami yang beroperasi 24/7 menggunakan banyak data untuk membantu warga London bergerak di sekitar ibu kota. Investasi dalam fasilitas jalan kaki, sepeda, dan transportasi umum juga telah memudahkan kita untuk memilih cara bepergian yang ramah lingkungan dan membuat penggunaan ruang jalan menjadi lebih efisien,” ucapnya.
“Kami bertekad untuk mengatasi tiga ancaman yang ditimbulkan oleh kemacetan, darurat iklim, dan udara beracun ibu kota, dan akan terus bekerja dengan walikota untuk melakukan ini, termasuk dengan memperluas ULEZ untuk mencakup seluruh ibu kota pada Agustus 2023,” sambungnya.
Sumber: Kompas.com