Jakarta, Radar BI | Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A, mengatakan kenaikan subsidi bahan bakar minyak (BBM) memperberat keberlangsungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.
Luhut Bainsar Pandjaitan mengatakan saat ini pemerintah sudah sulit untuk terus mempertahankan kenaikan harga bahan bakar minyak. Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo minggu depan akan mengumumkan mengenai kenaikan harga ini,” kata Luhut saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin, pada hari Jumat (19/8/2022).
Hanya saja, Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Kemaritiman tidak menyebutkan kemungkinan tingkat kenaikan harga BMM yang akan ditetapkan pemerintah. Namun, dia telah mengutus timnya untuk menghitung potensi kenaikan inflasi yang bisa terjadi saat terjadi perubahan harga Pertalite dan Solar, Luhut.
Saat ini harga Pertalite masih Rp.7.650 per liter, jauh dari harga keekonomiaannya yang telah mencapai Rp.13.150 per liter. Selisih dari harga pasar itu disubsidi oleh pemerintah.
Tahun ini, anggaran subsidi dan kompensasi yang disiapkan mencapai Rp.502,4 triliun. Apabila harga tetap dipertahankan, anggaran subsidi bakal kian membengkak.
Selain menaikkan harga BBM, pemerintah akan mempercepat transisi penggunaan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan. Diharapkan langkah tersebut akan mengurangi konsumsi BBM serta beban pemerintah untuk impor subsidi.
Tak hanya itu, pemerintah juga akan mempercepat implementasi penggunaan B40 dan B50 untuk membatasi konsumsi BBM.
“Pengurangan motor dan mobil konvensional ke listrik, B40 dan kenaikan harga Pertalite dan Solar ini akan menekan banyak subsidi. Ini modelling ekonomi kita ke depan,” ujarnya.
Isyarat Jokowi terhadap harga BBM
Presiden Jokowi pada Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2023 Beserta Nota Keuangannya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah sejauh ini masih sanggup menyangga subsidi harga BBM di tengah situasi global tak menentu.
Alhamdulillah kalau bensin di negara lain sekarang harganya sudah Rp32.000, Rp31.000, di Indonesia Pertalite masih Rp7.650.
Tapi juga perlu kita ingat subsidi terhadap BBM itu sudah sangat terlalu besar, dari Rp.170-an (triliun) sekarang sudah Rp.502 triliun, ujarnya dalam acara Zikir dan Doa Kebangsaan 77 Tahun Indonesia Merdeka, Senin (1/8/2022).
Menurutnya, negara mana pun tidak akan kuat menopang subsidi sebesar itu. “Tapi, sekali lagi, alhamdulillah kita masih kuat menahannya sampai sekarang ini. Ini yang patut kita syukuri bersama-sama,” kata Jokowi.
Pada kesempatan lain, Jokowi mengindikasikan akan menaikkan harga BBM. Sebab, lonjakan permintaan BBM semakin membebani APBN.
“Ini ada hitungan risiko. Kalau itu kita biarkan sesuai dengan harga pasar dan keekonomian, inflasi kita juga bisa meledak. Itu ada plus minusnya. Atau daya beli masyarakat menjadi turun, atau lari lagi ke growth kita menjadi turun juga karena konsumsi rakyat menurun,” kata Jokowi, Kamis (18/8/2022) dikutip dari Fortune Indonesia.