Radar Berita Indonesia | Terapi saraf kejepit bermanfaat dalam mengurangi rasa sakit, kesemutan, atau mati rasa yang diakibatkan oleh saraf terjepit.
Pilihan terapi saraf kejepit pun beragam dan biasanya direkomendasikan oleh dokter berdasarkan tingkat keparahan keluhan yang pasien rasakan.
Saraf kejepit terjadi ketika saraf mendapatkan tekanan berlebih dari jaringan sekitarnya, seperti tulang, otot, atau tendon.
Saraf kejepit ditandai dengan berbagai gejala, mulai dari nyeri, mati rasa, otot melemah, sampai kesemutan di berbagai area tubuh, seperti kaki dan tangan.
Terapi Saraf Kejepit, Ini Jenis Beserta Fungsinya sebagai berikut ini:
Saraf kejepit ada yang bersifat ringan dan tidak membutuhkan penanganan yang serius. Hal itu karena saraf bisa berfungsi kembali setelah tekanan hilang. Namun, ada pula saraf kejepit yang membutuhkan penanganan dari dokter, termasuk dengan terapi saraf kejepit.
Jenis-Jenis Terapi Saraf Kejepit Beserta Fungsinya
Terapi saraf kejepit biasanya direkomendasikan ketika gejala dari saraf kejepit tidak kunjung membaik setelah 4–6 minggu. Beberapa terapi saraf kejepit yang mungkin direkomendasikan dokter, antara lain:
1. Terapi fisik
Salah satu terapi saraf kejepit yang biasanya direkomendasikan oleh dokter adalah terapi fisik, seperti peregangan. Terapi ini dapat membantu meningkatkan kemampuan gerak dan koordinasi tubuh, meningkatkan kekuatan otot, dan mengurangi rasa sakit.
Dalam melakukan terapi fisik ini, dokter akan meminta terapis untuk mengajari Anda gerakan tertentu. Untuk saraf kejepit di leher, terapis akan mengajarkan cara melakukan peregangan leher dengan posisi kepala lurus menghadap ke depan.
Lalu, Anda diminta untuk menekuk leher ke arah dada secara perlahan dan menahan posisi tersebut selama beberapa detik. Setelah itu, angkatlah kembali kepala Anda ke posisi semula.
Anda mungkin akan direkomendasikan untuk menjalani terapi ini beberapa kali dan akan tetap mempraktikkannya di rumah.
2. Olahraga
Dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan olahraga tertentu, seperti renang, yoga, dan pilates, untuk memperkuat otot. Dengan begitu, tekanan pada saraf yang terjepit menjadi berkurang dan perlahan hilang.
Renang akan direkomendasikan dokter, jika Anda mengalami saraf kejepit di bagian leher dan punggung. Olahraga ini tidak hanya mampu memperkuat otot, tetapi juga bisa melemaskan otot yang kaku. Hasilnya, tekanan pada saraf yang kejepit berkurang.
Selain renang, Anda juga bisa melakukan yoga. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa pose yoga, seperti pose cobra dan locust, mampu meringankan gejala saraf kejepit yang dipicu oleh skiatika. Hal ini karena yoga mampu melenturkan tubuh sekaligus memperkuat otot sehingga mempercepat pemulihan.
Sementara itu, pilates bisa memperkuat otot, meningkatkan fleksibilitas tubuh, dan mengurangi nyeri punggung yang dialami penderita saraf kejepit. Penelitian menunjukkan bahwa pilates menjadi olahraga yang paling efektif dalam mengatasi saraf kejepit.
3. TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation)
TENS adalah jenis fisioterapi yang memanfaatkan aliran listrik bertegangan rendah untuk membantu meringankan nyeri akibat saraf kejepit. Terapi ini bekerja dengan cara menghambat sinyal nyeri dari saraf yang bermasalah menuju otak. Ini membuat nyeri berkurang dan otot menjadi lebih rileks.
TENS merupakan terapi saraf kejepit yang aman untuk dilakukan. Meski demikian, terapi ini mungkin menyebabkan kesemutan ketika aliran listrik dihantarkan ke area yang bermasalah.
4. Ultrasound
Ultrasound (US) merupakan terapi yang memanfaatkan gelombang suara untuk menembus jaringan lunak yang ada di bawah kulit guna meningkatkan aliran darah. Terapi ini dapat menghilangkan nyeri dan mempercepat proses penyembuhan jaringan.
Terapi ultrasound dapat digunakan untuk mengatasi nyeri kronis pada leher atau punggung yang biasanya dialami oleh penderita saraf kejepit.
5. Traksi tulang belakang
Pada beberapa kasus, dokter juga mungkin merekomendasikan traksi tulang belakang. Terapi saraf kejepit ini memanfaatkan alat khusus yang mampu meregangkan tulang belakang. Hal ini menyebabkan tekanan pada saraf yang terjepit berkurang sekaligus membuat otot menjadi lebih rileks.
Meski menjadi salah satu terapi saraf kejepit yang direkomendasikan oleh dokter, traksi tulang belakang bisa menyebabkan kejang otot atau peradangan tulang yang lebih parah.
Penderita penyakit paru-paru, osteoporosis, hipertensi, tumor sumsum tulang belakang, atau gangguan kecemasan yang parah kemungkinan tidak akan direkomendasikan dokter untuk menjalani traksi tulang belakang.
6. Terapi okupasi
Saraf kejepit bisa membuat pergerakan tubuh menjadi terbatas, bahkan mengganggu keseimbangan tubuh. Oleh karena itu, dokter mungkin merekomendasikan terapi okupasi pada pasien yang mengalami kondisi tersebut.
Dalam terapi okupasi, terapis akan memberikan serangkaian latihan yang dapat membantu penderita saraf kejepit beraktivitas dengan lebih nyaman. Contohnya, fisioterapis akan mengajari pasien menggunakan tongkat sebagai alat bantu jalan, jika saraf kejepit membuat pergerakannya menjadi terbatas.
Berbagai macam terapi saraf kejepit tersebut harus dijalani berdasarkan saran dan pengawasan dari dokter supaya manfaatnya bisa didapat secara maksimal.
Selain merekomendasikan terapi saraf kejepit, dokter biasanya juga akan meresepkan obat, seperti obat pereda nyeri ibuprofen. Selain itu, obat anti kejang, seperti gabapentin dan kortikosteroid, juga mungkin untuk diresepkan guna mengurangi nyeri dan peradangan pada saraf yang tertekan.
Sumber: Alodokter.