Jakarta, Radar BI | Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berkunjung ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (9/2), guna memantau harga telur ayam ras yang beberapa hari ini melonjak. Bersama Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, dia menyebut harga telur di wilayah Jawa dan Sumatra berangsur turun.
“DKI Jakarta masih Rp30 ribu (per kilogram), jadi perlu operasi pasar. Di Jawa Timur Rp29-28 ribu, Jawa Barat Rp29-30 ribu (per kilogram), Sumatra sudah Rp29 ribu(per kilogram) mulai dari Lampung sampai Aceh. Jadi, sudah mulai turun,” katanya.
Sebelumnya, harga pasaran telur ayam ras sempat berkisar Rp32.000–Rp33.000 per kilogram. Dia mengatakan harga telur tinggi karena meningkatnya permintaan di tengah rumah makan dan restoran yang telah beroperasi 100 persen.
Selain itu, kenaikan harga juga terjadi karena kondisi rugi yang dialami peternak selama pandemi, yang sempat memicu kejatuhan hingga level Rp14.000 per kilogram. Para peternak telur pun mengambil tindakan afkir dini, yakni pemotongan induk ayam petelur untuk dijual sebagai ayam potong.
Zulkifli memperkirakan harga telur akan stabil pekan depan seiring dengan frekuensi operasi pasar yang lebih tinggi. Untuk itu, para pelaku pada industri telur telah diundang berpartisipasi. “Mudah-mudahan minggu depan bisa lebih turun lagi” ujarnya.
Operasi pasar telur akan didistribusikan di pasar-pasar Jakarta dengan volume 25 ton per hari, dan akan terus dilaksanakan hingga harga telur mencapai Rp27 ribu per kilogram—harga acuan yang ditetapkan pemerintah untuk telur ayam ras.
Upaya Badan Pangan Nasional
Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa stok telur yang didatangkan ke Jakarta berasal dari Kendal, dan Blitar Jawa Timur.
Sebagai lembaga yang ditugaskan untuk mengonsolidasi para stakeholder pangan, NFA telah mengumpulkan seluruh asosiasi peternak ayam petelur, pedagang telur ayam, peternak ayam broiler, produsen jagung, perwakilan pemerintah daerah sentra produksi jagung dan unggas, kementerian/lembaga terkait seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan guna membahas dan merumuskan komposisi pembentukan harga yang benar.
“Sekali lagi, ini bukan menjatuhkan harga telur. Jadi, ini harga disepakati bersama dari semua pihak. Jadi, semuanya dihitung semua agar harganya wajar,” ujarnya.
Intervensi pada harga pakan ternak
Arief kemudian mengungkapkan sejumlah faktor penyebab kenaikan harga telur ayam belakangan ini.
Pertama adalah kenaikan harga pakan. Dalam pembentukan harga pakan, ketersediaan dan stabilitas harga komoditas jagung sangat berpengaruh
Untuk urusan pakan Ia menjelaskan, NFA telah memfasilitasi mobilisasi jagung mulai dari Sumbawa dan Dompu, Nusa Tenggara Barat, ke Pulau Jawa dan provinsi lainnya. Langkah ini demi memindahkan stok jagung dari daerah yang surplus ke wilayah defisit.
“Karena kemarin stok jagung di NTT itu surplus sedangkan di Jawa shortage, jadi gimana kita kirimkan itu ke sini,” ujarnya.
Pihaknya pun memberikan subsidi logistik untuk pengiriman bahan pokok ke suatu wilayah agar terjadi kestabilan harga.
Sumber: Fortune Indonesia.