Mendayung di Antara 2 Karang, Cara Bung Hatta Berpolitik di Antara Dua Blok Besar

137
Channel Youtube BKN PDI Perjuangan
Channel Youtube BKN PDI Perjuangan.
Jakarta, Radar BI | Rangkaian Talk Show “Pekan Bung Hatta” merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam mengenalkan pemikiran. Kisah dan sepak terjang Bung Hatta kepada masyarakat luas mendayung di antara dua karang.

Bedah Buku Bung Hatta: Mendayung di Antara Dua Karang, selama sepekan, 12-16 Agustus 2022. Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan menayangkan video-video talk show membahas Bung Hatta dalam berbagai perspektif, ditayangkan di Channel Youtube BKN PDI Perjuangan setiap jam 17.00 WIB.

Pada episode pertama ini, BKN PDI Perjuangan mengangkat tema “Bedah Buku Bung Hatta: Mendayung di Antara Dua Karang” menghadirkan Halida Hatta, putri bungsu Bung Hatta dan Zulfadli, akademisi dari Universitas Andalas Padang, dipandu oleh Lisa Elfena dan juga Esti Marina.

BACA JUGA  Manfaat Salak Cegah Penyakit Kanker hingga Menjaga Kesehatan Mata
BACA JUGA  Antam Bakal Beli 30-50 Ton Emas dari Smelter Baru Freeport Indonesia

 

Pembicaraan paling awal dibuka dengan tafsir dari kata mendayung di antara dua karang sebagai judul kumpulan buku Bung Hatta. Mendayung di antara dua karang lekat kaitannya dengan cara berpolitik luar negeri Bung Hatta yang bebas aktif.

Subscribe YouTube: Badan Kebudayaan Nasional PDI Perjuangan 

“Menurut Bung Hatta, mendayung di antara dua karang adalah cara Bung Hatta untuk tidak memihak antara negara-negara Blok timur maupun Blok barat karena pada waktu itu sedang ada dua kekuatan besar di dunia ya,” papar Halida Hatta.

Selain itu, Dosen FISIP Universitas Andalas Padang Zulfadli juga menambahkan bahwa ‘Mendayung di antara Dua Karang’ bisa juga merepresentasikan kehidupan Bung Hatta yang dididik dalam keluarga yang memiliki 2 sudut pandang yang bertolak belakang.

BACA JUGA  Sempat Sakit, Hj. Megawati Meninggal Dunia
BACA JUGA  Santoso Menilai Teddy Minahasa Merusak Kepercayaan Publik Terhadap Institusi Polri

 

“Bung Hatta dibesarkan dengan latar belakang keluarga Ayah yang agamis dan cenderung konservatif sedangkan sang Ibu seorang pedagang yang moderat,” jelasnya.

Terkait dengan pemikiran Bung Hatta mengenai politik luar negeri yang bebas aktif, Zulfadli juga menjelaskan bahwasanya Bung Hatta memiliki konsep politik luar negeri yang sangat bagus dan masih relevan jika diterapkan dalam kondisi hingga saat ini.

Jadi, pada saat itu ada dua kekuatan blok besar antara blok barat yang diisi oleh Amerika dan juga blok timur yang diisi oleh Uni Soviet.

Diposisi itu Bung Hatta dengan tegas tidak memihak kedua belah blok. Namun bisa secara tegas dan mandiri bahwa Indonesia memiliki cara tersendiri yaitu menjadi subjek bukan menjadi objek sesuai dengan tulisan Bung Hatta dalam bukunya, urainya.

BACA JUGA  Apel Siap Siaga, Kapolda Sumut dan Pangdam I/BB: TNI dan Polri Garda Terdepan
BACA JUGA  Baru Bebas, KPK Kembali Tetapkan Eks Bupati Talaud Sri Wahyumi Manalip Jadi Tersangka

 

Lebih lanjut, Halida Hatta juga menjelaskan sosok Bung Hatta berusaha menghadirkan peri kemanusiaan di taman Internasionalisme. Bung Hatta selalu menekankan bahwa peri kemanusiaanlah yang menjadi landasan bertindak Bung Hatta.

“Bung Hatta selalu menekankan mengenai peri kemanusiaan di segala lini kehidupan, baik untuk dalam negeri maupun luar negeri, konsep berdaulat, bersatu adil dan makmur,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini