Jakarta, Radar BI | Pendeklarasian putra sulung Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi. Sebagai bakal calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka mendampingi bakal calon presiden Prabowo Subianto membuat kontestasi politik menuju 2024 semakin panas.
Sebab, dengan deklarasi Walikota Solo itu sebagai bakal cawapres bagi Prabowo mengundang beragam reaksi dari berbagai pihak. Di antaranya Jokowi dianggap sedang membangun dinasti politik yang berpotensi terjadinya perang terbuka antara Jokowi dengan Megawati dan PDI Perjuangan.
Menurut pengamat politik, Yusfitriadi, berdasarkan data dan perkembangan terakhir di mana Prabowo memilih Gibran sebagai cawapresnya, merupakan kerugian besar bagi Ketum Partai Gerindra itu. Sebab, di hampir semua lembaga survei elektabilitas Prabowo mengalami penurunan.
“Prabowo ngambil Gibran itu kerugian besar, karena hampir semua lembaga survei ketika Prabowo ngambil Gibran maka elektabilitasnya turun, dan tetap yang paling tinggi elektabilitasnya ketika ngambil Erick Thohir,” kata Yusfitriadi, Rabu (25/10).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi memaparkan problematika pasangan Prabowo dan Gibran yang kini telah dideklarasikan sebagai bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden.
Pengamat ini menilai langkah Prabowo menggandeng Gibran bisa saja menguntungkan pasangan capres-cawapres, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
“Saya punya argumen yang lagi-lagi perlu dites secara empirik, Pasangan Prabowo dan Gibran ini merugikan Ganjar menguntungkan Anies,” ujar Burhanuddin dalam tayangan Metro TV, Rabu, 25 Oktober 2023.
Burhanuddin juga telah memetakan potensi basis suara Prabowo di Pilpres 2024. Ketua Umum Partai Gerindra itu disebut bakal kelimpahan 30 persen basis suara dari pendukung Joko Widodo di Pilpres 2014 dan 2019, dan 58 persen dari pendukung setia Prabowo.
Namun, sekitar 38 persen pendukung Prabowo di Pilpres 2019 sudah berpindah ke pasangan AMIN. Pergeseran suara ini akibat kekecewaan sebagian pendukung setelah Prabowo masuk dalam pemerintahan Jokowi.
Di samping itu, besar kemungkinan ada pergeseran suara lagi ke Anies-Muhaimin dari pendukung yang tak suka dengan komposisi Prabowo-Gibran.
“Kalau misalnya pendukung Prabowo yang lama tidak happy dengan pilihan cawapres, ini bisa menjadi masalah serius. Karena bagaimanapun sebagian pendukung Pak Prabowo yang lama itu karakter dan sikap politiknya cenderung kritis terhadap Pak Jokowi,” pungkasnya.