Politikus PDIP Menilai Ada Oknum Elite Berkedok Relawan Parasit Kekuasaan Pemilu 2024

131
Anggota Komisi VI DPR RI, Ir. Deddy Yevri Hanteru Sitorus, M.A. (Istimewa)
Anggota Komisi VI DPR RI, Ir. Deddy Yevri Hanteru Sitorus, M.A. (Istimewa).
Jakarta, Radar BI | Politikus PDI Perjuangan (PDIP), Ir. Deddy Yevri Hanteru Sitorus, M.A menilai saat ini ada segelintir elite kelompok kepentingan berkedok relawan yang sedang resah dengan bergulirnya tahapan Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 2024.

Elite kelompok kepentingan berkedok relawan ini disebut Deddy Yevri Hanteru Sitorus sebagai sebagai parasit kekuasaan.

Sekelompok kecil elite kelompok kepentingan berkedok relawan ini sejatinya adalah parasit – parasit kekuasaan yang ingin tetap eksis dan mendapatkan posisi politik.

Elite kelompok tersebut kepentingan akses terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Badan usaha milik negara (BUMN), kata Politikus PDI Perjuangan dalam keterangannya, Sabtu (13/8/2022).

Menurut Politikus PDI Perjuangan, kelompok relawan sebagai bagian dari volunterisme adalah bagian dari perkembangan demokrasi yang positif sebagaimana ditunjukkan dalam peradaban politik di barat, terutama di Amerika.

Dia menjelaskan volunterisme atau kerelawanan adalah semangat partisipasi politik yang muncul ketika adanya kepemimpinan baru yang menawarkan perubahan serta adanya kesamaan kepentingan yang kuat.

“Atau munculnya musuh bersama yang mengancam,” ujarnya.

Deddy Yevri Hanteru Sitorus berpendapat, hal itu bisa dilihat dari menjamurnya kelompok relawan saat perhelatan demokrasi di negara-negara maju seperti Amerika dan Inggris.

BACA JUGA  Aniaya Istri Sirinya, Oknum Anggota DPRD Kabupaten Lebak Banten Dilaporkan ke Polres Lebak

Misalnya, kata dia saat Clinton dan Obama memenangkan kontestasi Presidensial di Amerika atau kemenangan spektakuler Partai Buruh saat dipimpin Tony Blair.

Di Indonesia, fenomena positif hadirnya kelompok – kelompok relawan dapat dilihat saat Joko Widodo memenangkan kontestasi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 lalu.

“Fenomena yang relatif sama terjadi di Amerika, Inggris dan Pilgub DKI Jakarta saat itu sangat elegan dan berkualitas,” kata dia.
.
Menurut Politikus PDI Perjuangan, para relawan dan organisasi relawan muncul dimana – mana dan bergerak ke arah yang sama tanpa komando dan mengalir dengan baik dari rumah-rumah, kantor, kampung hingga tingkat nasional.

“Gejalanya sama, volunterisme bangkit, massif tetapi bersifat ad hoc. Begitu pemilu selesai, semua relawan kembali pada kehidupan normal dan hanya sedikit yang kemudian meneruskan naluri politiknya di jalur politik formal atau partisan,” jelasnya.

Selain itu, ia menyatakan bahwa di Indonesia, sejak Pemilu tahun 2014 hingga hari ini banyak relawan atau kelompok relawan yang akhirnya justru berubah menjadi aktor politik dan ormas permanen.

Aktor politik tersebut, dinilai Deddy sebagian besar juga aktif di partai politik (parpol), ormas, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BACA JUGA  Kabid Humas Polda Metro Jaya: Bambang Pamungkas Segera Diperiksa Soal Dugaan Penelantaran Anak

Politikus PDI Perjuangan menilai aktor-aktor politik baru yang lahir sejak 2014 ini, merasakan nikmatnya kekuasaan dan akses ekonomi yang didapatkan dengan kekuasaan.

Mereka kata Deddy, kemudian berperilaku buruk melebihi elit politik, bermodal kedekatan dengan para pejabat.

“Ada pimpinan relawan yang kemudian menempatkan saudara, teman dan anggotanya di kementerian-kementerian dan BUMN untuk mengakses jabatan, APBN maupun menikmati madu proyek-proyek BUMN,” ujar.

Menurut Deddy, ada pula yang aktif meminta ketemu dengan para pejabat negara dan BUMN agar bisa mendapatkan berbagai akses yang bahkan tidak dimiliki oleh politisi maupun aktivis partai politik.

Bahkan, lanjut Deddy, pernah ada pentolan elite relawan yang merajuk dan ‘mengancam’ hingga akhirnya mendapatkan posisi wakil menteri. Padahal saudara kandung dan kroninya sudah mendapatkan berbagai jabatan di kekuasaan maupun BUMN, ungkapan.

Deddy mengaku tahu persis siapa saja dan bagaimana kelakuan para elite relawan tersebut. Pasalnya, sebagai anggota Komisi VI DPR RI dia selalu bermitra dengan Kementerian BUMN dan terlibat sebagai tim inti kampanye Pilpres 2014 dan 2019.

“Saya tahu siapa yang sebenarnya punya massa, yang benar-benar bergerak saat pemilu dan siapa yang saat ini jadi benalu kekuasaan,” ujarnya.

BACA JUGA  Beroperasi Saat Ramadhan, Polda Jambi Amankan 6 Jukir Liar dan Miras Jenis Tuak

Ia mengungkapkan bahwa ditengah ketidakpastian calon presiden (capres) atau partai afiliasi, para elite relawan bermental parasitik ini tengah mencoba melakukan berbagai manuver-manuver politik.

Tujuannya, kata Deddy agar punya saham dalam pemerintahan berikutnya dan terus menikmati kue kekuasaan yang memabukkan itu, kata Deddy.
.
Deddy menyebut atas nama organisasi, mereka membawa-bawa massa yang sangat mencintai Presiden Jokowi dan bertindak seolah-olah sebagai kepanjangan tangan atau aparatur kehendak politik Presiden.

Namun Deddy, tak menampik bahwa sebagian aktivis relawan itu memang punya jiwa volunterisme yang besar dan sangat mengidolakan Presiden Jokowi.

Kelompok tersebut biasanya bekerja kongkrit untuk membantu mengintegrasikan kepentingan masyarakat atau mengawal program pemerintah.

Sayangnya, tidak banyak yang mau mengoreksi perilaku koruptif, parasitik dan avonturisme politik kekuasaan yang dimainkan beberapa tokoh relawan tertentu.

Saya berpandangan bukan tidak mungkin nantinya, tokoh elit politik ini dapat berhadapan dengan kasus hukum atau mengalami pembalasan politik di masa depan, jika gegabah melakukan manuver politik.

“Oleh karena itu, saya berharap agar para elite relawan yang haus kekuasaan itu sadar dan mengoreksi diri. Sadarlah, tidak ada kekuasaan yang abadi. Semua ada akhirnya, kecuali ideologi,” kata Deddy.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini