Radar BI | Pembuluh darah pecah selama ini lebih sering dikaitkan dengan stroke. Kondisi ini juga umumnya dikaitkan dengan kondisi yang berbahaya. Namun, sebenarnya bahaya atau tidaknya pembuluh darah pecah tergantung pada lokasi dan seberapa parah kerusakan yang terjadi.
Pembuluh darah merupakan serangkaian sistem tertutup yang memegang peran penting dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Dalam darah terkandung oksigen dan nutrisi yang menyokong kehidupan sel. Agar fungsi ini berjalan dengan semestinya, diperlukan pembuluh darah yang sehat.
Jika terjadi kerusakan, seperti pembuluh darah pecah, maka pasokan darah dan oksigen ke berbagai organ tubuh tentunya akan terganggu. Dampak yang ditimbulkan dari kerusakan pembuluh darah bisa beragam, mulai dari kekurangan oksigen hingga kematian jaringan.
Penyebab Pembuluh Darah Pecah
Banyak hal yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah, termasuk kegiatan sehari-hari ataupun penyakit tertentu. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah:
Cedera
Pembuluh darah pecah dapat disebabkan oleh faktor eksternal atau dari luar tubuh, seperti cedera akibat benturan dengan benda tumpul maupun benda tajam. Contohnya adalah terbentur tembok, kecelakaan, dan luka tusuk.
Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah. Hal tersebut dapat terjadi karena peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah yang membuat pembuluh darah menjadi kurang elastis dan lebih rentan pecah.
Plak pada pembuluh darah
Plak yang terbentuk akibat tingginya kadar lemak atau kolesterol dapat membuat pembuluh darah menjadi keras dan menyempit. Kondisi ini kemudian akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan mengakibatkan pembuluh darah pecah.
Peradangan pembuluh darah
Peradangan pada pembuluh darah atau vaskulitis dapat membuat dinding pembuluh darah lebih mudah pecah. Kondisi ini pun dapat meningkatkan risiko terjadinya pembuluh darah pecah, terlebih jika dibarengi dengan tingginya tekanan darah.
Kelainan genetik
Salah satu bentuk kelainan genetik yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah adalah aneurisma. Aneurisma terjadi ketika adanya penggembungan pembuluh darah yang rapuh atau mudah pecah. Kondisi ini dapat terbentuk akibat peningkatan tekanan dalam pembuluh darah yang mendorong pembuluh darah yang lemah hingga menggembung.
Jenis Pembuluh Darah Pecah dan Bahayanya
Berikut ini adalah beberapa jenis pembuluh darah pecah dan bahaya yang ditimbulkan berdasarkan lokasinya:
1. Kulit
Kulit merupakan lokasi pembuluh darah pecah yang gejalanya dapat dilihat dengan mudah. Pecahnya pembuluh darah di kulit biasanya disebabkan oleh cedera, seperti benturan benda tumpul atau terjatuh.
Pecahnya pembuluh di bawah lapisan kulit akan menimbulkan memar atau hematoma, yang menyebabkan darah merembes dan terkumpul di bawah lapisan kulit.
Umumnya, memar akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu. Jika memar tidak hilang setelah lebih dari 2 minggu atau sering terjadi tanpa sebab yang jelas, sebaiknya periksakan ke dokter untuk dipastikan penyebabnya.
2. Mata
Pembuluh darah pecah di mata merupakan kondisi yang biasanya sering tidak disadari oleh penderitanya. Kondisi ini sering kali baru disadari saat becermin dan mendapati mata berwarna merah.
Kondisi mata merah tersebut terjadi karena adanya pendarahan subkonjungtiva (subconjunctival hemorrhage) yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kecil yang berada di bawah lapisan mata.
Beberapa penyebab pembuluh darah pecah di mata adalah menggosok mata dengan terlalu kencang, batuk hebat, mengejan, dan muntah. Kondisi ini biasanya tidak berbahaya dan akan hilang dalam waktu 2 minggu.
Selain itu, beberapa kondisi medis juga dapat menyebabkan pembuluh darah pecah di mata, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penggunaan obat pengencer darah, dan gangguan pembekuan darah.
Namun, lokasi perdarahan biasanya berada dalam bola mata, yang baru akan disadari ketika penderitanya mengeluhkan gangguan penglihatan, baik itu berupa buram, seperti melihat tirai hitam, maupun buta mendadak.
3. Kerongkongan
Pecah pembuluh darah di kerongkongan umumnya disebabkan oleh varises esofagus. Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan tekanan darah karena adanya jaringan parut di hati akibat sirosis hati, sehingga terjadi hipertensi porta atau peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah hati.
Tingginya tekanan darah menyebabkan darah mengalir ke pembuluh darah berukuran kecil yang tidak dirancang untuk membawa darah dalam jumlah besar. Akibatnya, pembuluh darah kecil akan membengkak dan lebih rentan pecah.
Pembuluh darah pecah di kerongkongan akan menimbulkan keluhan berupa sakit kepala, muntah darah, BAB hitam, hingga hilang kesadaran.
4. Otak
Pembuluh darah pecah di otak merupakan kondisi yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera. Salah satu kondisi pembuluh darah pecah di otak yang banyak dikenal adalah stroke. Ketika ini terjadi, area tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel otak.
Pecahnya pembuluh darah di otak dapat terjadi akibat beberapa faktor, seperti tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, aterosklerosis, aneurisma otak, dan trauma otak.
5. Jantung
Sama seperti di otak, pembuluh darah pecah di jantung juga merupakan kondisi yang dapat mengancam nyawa. Pembuluh darah pecah di jantung (coronary artery rupture) biasanya disebabkan oleh aneurisma koroner, diseksi, dan vaskulitis.
Kondisi ini dapat menyebabkan gagal jantung yang juga diserta dengan gejala, seperti kelelahan, dada seakan ditimpa beban berat, sesak napas, berdebar-debar, dan nyeri dada. Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera pergi ke IGD untuk mendapatkan penanganan.
Nah, itulah beberapa penyebab, jenis, dan bahaya pembuluh darah pecah. Cara terbaik yang dapat Anda lakukan untuk mencegah pembuluh darah pecah adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, memastikan kadar kolesterol tetap normal, dan menjaga tekanan darah dan gula darah tetap normal, agar penyumbatan di pembuluh darah bisa dicegah.
Selain itu, Anda juga disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) ketika menjalankan kegiatan yang memiliki risiko cedera tinggi.