Sumbar, Radar BI | Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada tahun 2014 silam adalah momentum yang mengubah arah hidup dan tujuan pengabdian bagi Benni Okva Della pribadi.
Benni Okva Della mengatakan, banyak orang dan banyak tangan yang turut campur akan perubahan, tetapi kalau ditanya. Siapa salah seorang sosok penting yang mengubah arah itu, jawabannya adalah bang Alis. Ya, almarhum alis marajo, beliau adalah legenda tokoh luak Limapuluh dan sepuh golkar.
Ceritanya begini, Benni Okva Della baru kembali dari Jakarta. Baru tiba di bandara, menghidupkan telepon selulernya (HP). Panggilan langsung masuk, ternyata dari bang Alis.
Saya menghela nafas panjang sebelum mengangkatnya. “Dinda dimano? Basuo kito,” (Dinda dimana?, bertemu kita), ucapnya dari seberang, usai bertanya kabar dan basa-basi. “Siap!”. Saya menjawab singkat, tuturnya Benni Okva Della dikutip dari akun Facebook Bhenz Maharajo.
Lebih lanjut, Benni Okva Della mengatakan, komunikasi di bandara itu adalah komunikasi pertama setelah bertahun-tahun hampir tak bertegur sapa.
Hubungan saya dan bang alis memang pasang surut. Kadang akrab, sering berselisih paham dan pernah suatu waktu diskusi di Radio Republik Indonesia (RRI) Padang, Bang Alis masih menjabat Bupati Limapuluh Kota.
“Saya mengkritiknya keras karena pembangunan di Limapuluh Kota belum berjalan mulus di masanya”, ujarnya.
Lebih lanjut, Benni Okva Della menyampaikan sejak itu kami hubungan renggang, jika bertemu hanya bertegur sapa biasa. Tak hangat dan tak akrab, lalu ada momentum yang mengikat kami lagi, sempat akrab sebentar, berdebat lagi.
Tawar kembali, untuk komunikasi waktu itu tak jauh dari politik. Maklum tensi sedang panas, para calon kepala daerah sedang berjibaku merebut partai, termasuk Limapuluh Kota, katanya.
Benni Okva Della kembali ke bandara usai menerima telepon selulernya itu, saya memutuskan untuk langsung pulang kampung ke Limapuluh Kota bertemu bang Alis.
Saya tak singgah ke rumah, padahal sudah hampir dua bulan tak bertemu anak istri. Kepada istri saya bilang mendapatkan perintah menghadap dari seorang yang sangat saya hormati. Dia paham, cuma koper saya ke Padang, badan ke Payakumbuh.
Singkatnya, Benni Okva Della bertemu bang Alis dan kami bercerita hangat. Tertawa dan saling mengenang perdebatan-perdebatan yang kami lalui. Juga bercerita tentang Situjuah, kampung halaman saya. Bang Alis urang sumando Situjuah.
Bang Alis juga menceritakan sikapnya yang dianggap melawan arus dalam menentukan ritme politik di Limapuluh Kota.
Alasan-alasannya dalam menentukan pilihan dan saya memahami keputusan yang diambil bang Alis sebagai bagian dari pengabdiannya untuk kampung halaman dan saya maklum.
Saya juga menceritakan langkah-langkah di politik, bagaimana saya sedang membangun politik gagasan dengan Nasdem.
Saat menyebut Nasdem, beliau sumringah. Bercerita soal kedekatannya dengan Surya Paloh dan kekagumannya pada koleganya waktu sama di Nasdem tersebut.
Bhenz, Situjuah itu potensial dan layak diperjuangkan, negeri yang mencatat sejarah. Tapi selalu kalah dalam urusan politik adalah momentumnya 2024.
Bangkitkan Situjuah, Situjuah Bangkit. Harapan itu ada pada Bhenz. Pada Bhenz, Nasdem, Nasdem,” dua kali dia menyebut nama dan partai. Saya canggung, terkesiap dan mencoba memahami kalimat-kalimatnya, secara utuh.
Bertahun setelah itu, Ramadan yang lalu saya mendengar kabar Bang Alis tiada. Saya sabak, mengenang kembali hubungan kami yang pasang surut. Saya dan barangkali ribuan orang pasti merasakan kehilangan yang sama. Kehilangan sosok, tokoh panutan.
Saya teringat lagi pesan beliau dulu. Barangkali, pernyataan Bang Alis beberapa waktu lalu, adalah amanah yang diberikannya.
Saya menjalankan apa yang dipesankan, dan menjadikan semua itu sebagai penghormatan terakhir saya pada beliau. Alfatihah…