Jakarta, Radar BI | Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menyebut gap indeks literasi dan inklusi nasional masih sangat jauh dan menjadi tugas rumah bersama.
Menurut data survei OJK, indeks literasi keuangan baru mencapai 38,03 persen sementara untuk indeks inklusi keuangan sudah mencapai 76,19 persen.
“Pemahaman dari mereka yang memperoleh penjelasan dalam bentuk literasi keuangan pada gilirannya baru 38 persen yang benar – benar mengerti mengenai literasi keuangan itu sendiri,” kata Mahendra melalui konferensi video di Jakarta, pada hari Jumat (12/9/2022).
Menurutnya, literasi keuangan, inklusi keuangan, serta perlindungan konsumen merupakan 3 pilar penting dalam trilogi pemberdayaan konsumen keuangan. Ketiganya memiliki korelasi erat satu sama lain.
“Peningkatan pemahaman dan kemampuan seseorang dalam menentukan produk dan layanan jasa keuangan akan meningkatkan penggunaan produk dan pemanfaatan layanan jasa keuangan oleh masyarakat,” katanya.
Oleh sebab itu, selain literasi, perlindungan konsumen masih menjadi poin penting dalam industri keuangan nasional.
Lebih lanjut, Mahendra Siregar juga menyampaikan investor pasar modal pada Juni 2022 telah tumbuah 3,7 kali lipat atau 370 persen. Dari 2,5 juta investor pada 2019 menjadi 9,3 juta investor di Juni 2022.
Dari data tersebut, yang paling menarik ialah 81 persen merupakan investor generasi milenial dan Gen Z.
Selain itu, Mahendra Siregar juga menyebutkan peningkatan jumlah investor domestik itu merupakan hasil dari upaya seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program sosialisasi, edukasi, dan literasi keuangan.
“Salah satu pendorong utama masuknya investor muda ke pasar modal adalah tingkat literasi mengenai investasi yang semakin tinggi, ditopang oleh berbagai kanal informasi,” katanya.
Sumber: Fortune Indonesia.