Jakarta, Radar BI | Indonesia memiliki banyak provinsi yang terbentang dari Sumatera hingga Papua. Setiap provinsi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda, termasuk desain dan bentuk rumah adat masing – masing.
Rumah adat Indonesia sangat beragam mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budaya.
Tidak heran apabila ternyata Indonesia pun punya banyak sekali jenis rumah adat sesuai dengan daerahnya. Jika dihitung berdasarkan jumlah provinsi, setidaknya ada 34 jenis rumah adat. Tapi, setiap provinsi pun bahkan punya rumah adat lebih dari satu.
Diantaranya juga dijadikan ikon tempat wisata tertentu karena memiliki desain yang unik. Tak jarang membuat kota tersebut menjadi populer. Minggu, (28/08/2022).
Berikut ini kami tampilkan 34 jenis rumah adat yang ada di Indonesia yaitu:
1. Rumah Adat Aceh: Krong Bade
Orang Aceh memiliki citarasa seni yang sangat baik. Salah satunya terlihat pada rumah khas Krong Bade. Rumah panggung dengan satu tangga di depan ini memiliki perpaduan warna yang cantik.
Rumah Krong Bade biasa dikenal juga dengan nama rumoh Aceh. Rumah adat ini jadi salah satu budaya Indonesia yang hampir punah.
Rumah adat ini punya tangga di bagian depan rumah dan tingginya berada beberapa meter dari tanah. Jumlah anak tangga rumah adat Krong Bade biasanya berjumlah ganjil.
Bahan dasar pembangunan rumahnya adalah kayu, dengan banyak ukiran di dinding rumah. Atap rumahnya terbuat dari daun rumbia dan bentuknya persegi panjang, memanjang dari timur ke barat.
2. Rumah Adat Sumatera Utara: Bolon
Bolon merupakan rumah khas Suku Batak di Sumatera Utara. Di Sumatera Utara sendiri Bolon terdiri dari beberapa jenis seperti Bolon Simalungun, Bolon Pakpak, Bolon Angkota, Bolon Karo, dan lainnya.
Dengan bentuk rumah panggung persegi panjang, rumah Bolon biasanya dilengkapi tiang penyangga setinggi 1,75 meter. Untuk masuk ke rumah, penghuni atau tamu harus naik tangga yang jumlahnya selalu ganjil.
Ciri khas rumah adat ini adalah bentuknya panggung, terdiri dari beberapa tiang penyangga bergaris tengah. Dinding rumahnya dihiasi dengan ornamen khas Simalungun dengan warna merah, putih, dan hitam. Hiasan ornamen ini adalah lambang akan pandangan kosmologis dan filosofi budaya suku Batak.
3. Rumah Adat Sumatera Barat: Rumah Gadang
Sampai hari ini, Rumah Gadang khas Sumatera Barat masih banyak ditemui di provinsi ini. Rumah Gadang atau rumah godang adalah rumah adat Minangkabau. Ornamen rumah ini juga banyak ditemui di seluruh Indonesia, khususnya di rumah makan Padang.
Rumah adat ini punya bentuk puncak atap yang runcing, menyerupai tanduk kerbau. Dulunya atap ini dibuat dari bahan ijuk dan bisa bertahan sampai puluhan tahun. Tetapi belakangan, atap rumah banyak berganti dengan seng.
Rumahnya dibangun dengan bentuk empat persegi panjang, dibagi atas 2 bagian yakni depan dan belakang. Bagian depan biasanya penuh dengan ukiran ornamen bermotif akar, bunga, dan daun. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi belahan bambu.
4. Rumah Adat Riau: Selaso Jatuh Kembar
Riau memiliki beberapa jenis rumah adat, salah satunya adalah Selaso Jatuh Kembar yang paling terkenal. Nama ini diadopsi dari bentuk bangunan yang memiliki dua selasar. Selasar rumah panggung ini memiliki posisi lebih rendah dibanding ruang tengah dan biasanya dijadikan tempat musyawarah.
Rumah adat ini memiliki ciri khas yakni berbentuk rumah panggung atau memiliki kolong. Di dalam rumah hanya ada sekat yang memisahkan ruang tengah dan ruang telo (tempat menyimpan makanan), tidak ada ruangan atau kamar-kamar.
Bahan bangunannya terbuat dari alam, seperti atap dari daun rumbia, lalu dinding, tiang atau lantai dari kayu-kayu berkualitas baik seperti kayu meranti, kayu medang, atau kayu punak.
5. Rumah Adat Jambi: Panggung Kajang Leko.
Perpaduan warna kuning dan merah di rumah adat Jambi ini membuat penampilannya terlihat cantik. Salah satu hal menarik dari rumah ini adalah pemetaan rumah yang terdiri dari delapan ruang.
Konsep pembagian ruang ini bisa diterapkan juga dalam rumah masa kini. Ruang serambi dalam, yang terdiri dari ruang tiru orangtua dan kamar tidur anak gadis, dan ruang makan, disebut ruang balik menahan.
Bagian atapnya dinamai “Gajah Mabuk”, sesuai dengan nama pembuat desainnya. Bentuknya seperti perahu dengan ujung atas yang melengkung.
Sementara bagian langit-langit dibuat dari tebar layar atau semacam plafon yang memisahkan ruang loteng dengan ruang di bawahnya. Ruang loteng ini digunakan sebagai ruang penyimpanan.
6. Rumah Adat Bengkulu: Bubungan Lima
Ciri khas rumah adat Bubungan Lima ini salah satunya terletak dari bentuk atapnya yang tampak seperti bertumpuk-tumpuk. Wiranata dkk. dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Rancang Bangun Permainan Android Tiga Dimensi Teka Teki Rumah Bubungan Lima dengan Metode Kecerdasan Buatan” menyebutkan bahwa nama Bubungan Lima merujuk pada bentuk atapnya.
Selain itu, bahan pembuat atapnya adalah ijuk pohon enau. Namun seiring berjalannya waktu, bahan pembuat atap sudah berganti dengan seng.
7. Rumah Adat Sumatera Selatan: Limas
Dari namanya Rumah Limas pastinya kita sudah tahu pasti bahwa rumah ini pasti berbentuk limas.
Bangunan rumah adat ini punya lantai yang bertingkat-tingkat yang merepresentasikan filosofi budaya masyarakat setempat, biasa disebut bengkilas. Dari jauh, rumah ini nampak seperti rumah panggung dengan tiang-tiang tertancap ke tanah.
Rumah adat ini punya luas mulai dari 400 – 1000 m2 dan biasanya digunakan untuk hajatan atau acara adat. Rangka rumah adat terbuat dari kayu seru yang cukup langka. Bahan material untuk membuat dinding, lantai, dan pintunya menggunakan kayu tembesu. Sedangkan untuk tiang rumah menggunakan kayu unglen yang tahan air.
8. Rumah Adat Lampung: Nuwo Sesat
Nuwo Sesat memiliki fungsi sebagai tempat utama untuk pertemuan adat bagi para purwatin atau penyeimbang saat sedang mengadakan musyawarah adat. Rumah adat Nuwo Sesat ini disebut juga sebagai Balai Agung.
Secara fisiknya, Nuwo Sesat berbentuk rumah panggung bertiang dan sebagian besar dari rumah adat ini dibuat dengan menggunakan material papan kayu.
Pada awalnya, rumah Nuwo Sesat mempunyai atap yang berbahan dasar anyaman ilalang. Namun, saat ini atapnya sudah digantikan dengan genting untuk menyesuaikan dengan perubahan zaman.
9. Rumah Adat Banten: Badui/Baduy
Rumah adat dari provinsi Banten ini dimiliki oleh suku Badui, kelompok etnis masyarakat adat suku di Banten. Bentuk rumahnya sering disebut juga dengan Julang Ngapak dan gaya bangunannya seperti rumah panggung.
Bagian atap terdiri dari daun yang disebut sulah nyanda dan bagian bilik rumah dan pintu dibuat dari anyaman bambu yang disusun secara vertikal, dikenal dengan nama sarigsig. Selain itu, rumah adat Baduy dibagi dalam 3 bagian, yakni sosoro (depan), tepas (tengah), dan imah (belakang).
10. Rumah Adat Betawi: Kebaya
Rumah adat betawi memiliki nama Kebaya. Disebut sebagai rumah kebaya karena bentuk atapnya yang mirip pelana yang dilipat dan jika dilihat dari samping, lipatan-lipatan itu mirip dengan lipatan kebaya. Sampai sekarang, ornamen rumah tradisional dari Betawi ini masih sering dipakai, yaitu bagian lis ukiran di bawah genteng.
Pemasangan lis khas Betawi tersebut adalah cara paling mudah untuk menunjukkan ciri khas rumah tradisional Jakarta. Atap rumahnya terbuat dari genteng atau atep (daun kirai yang dianyam), dinding depan dengan kayu gowok/kayu nangka, dinding rumah lainnya dengan anyaman bambu, dan pondasi yang digunakan adalah batu kali.
11. Rumah Adat Jawa Barat: Rumah Sunda
Masyarakat Sunda memiliki rumah tradisional unik yaitu rumah panggung tapi dengan tangga yang pendek, berbeda dengan rumah panggung di Sumatera atau Kalimantan. Rumah Sunda di masing-masing daerah memiliki ciri khas berbeda yang terletak pada atapnya. Jenis atapnya antara lain: jolopong, badak heuay, perahu kemurep, pongpok, jublek, apit gunting, dan lainnya.
Sebagian besar rumah adat Sunda mengambil bentuk dasar struktur atap pelana atau atap gaya kampung yang dibangun di atas panggung pendek. Rumahnya terbuat dari bahan-bahan dedaunan seperti ijuk, dedaunan palem, atau serat aren hitam. Daun-daun ini akan menutupi kerangka kayu dan balok. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu.
12. Rumah Adat Jawa Tengah: Joglo
Joglo adalah rumah adat Jawa Tengah dengan ciri atap berbentuk piramida yang mengacu pada bentuk gunung. Secara umum ada empat bagian dari rumah Joglo, yaitu pendopo atau ruang tamu, pringgitan atau ruang samping, ruang dalem atau ruang utama, dan sentong sebagai ruang penyimpanan.
Joglo bisa jadi inspirasi Anda dalam membangun rumah, karena memiliki bentuk atap yang unik dan cantik. Salah satu yang bisa diadopsi adalah pendoponya yang diadopsi untuk teras. Tentu ada penyesuaian ukuran, karena aslinya pendopo berukuran luas. Namun, apabila Anda ingin mencari rumah di Jawa Tengah tentu bisa menjadi opsi terbaiknya.
13. Rumah Adat Jawa Timur: Joglo Situbondo
Rumah adat ini berbeda dengan rumah adat Joglo di Jawa Tengah, meskipun ada sedikit kemiripan. Rumah adat Jawa Timur berbentuk limasan atau dara gepak. Sesuai namanya, rumah adat ini banyak ditemukan di daerah Situbondo, Jawa Timur.
Umumnya, bahan bangunan rumah adat ini adalah kayu jati murni. Hal ini dipercayai karena kayu jati punya kekuatan besar dan daya tahan cukup lama. Pintu utama punya hiasan-hiasan di atasnya yang biasa disebut dengan makara atau seluru gelung. Makara biasa digunakan sebagai gerbang masuk sebelum ke ruang utama.
Hiasan di makara ini punya fungsi sebagai tolak bala juga untuk memberi keindahan. Ukiran-ukiran lain pun menghiasi rumah, berfungsi sebagai penangkal musibah.
14. Rumah Adat Yogyakarta: Bangsal Kencono
Rumah Bangsal Kencono difungsikan sebagai tempat kesultanan dan acara adat masyarakat Yogyakarta. Maka tak heran jika ukuran nya sangat besar dan menyerupai padepokan. Selain ukuran bangunannya yang luas, halaman rumah adat ini juga sangat luas dengan ukuran sekitar 14.000 m2.
15. Rumah Adat Bali: Gapura Candi Bentar
Jika Anda melihat rumah tradisional Bali, pasti banyak sekali Anda melihat ukiran-ukiran pahatan, patung, dan lainnya. Di samping itu pula, setiap rumah pasti selalu memiliki gapura candi sebagai gerbang masuk rumah maupun Pura. Ada banyak sekali unsur yang bisa diterapkan seperti ornamen, ukiran, model rumah yang bisa Anda tiru untuk memberikan suasana bali ke dalam rumah Anda.
16. Rumah Adat NTB: Dalam Loka
Rumah adat di Nusa Tenggara Barat disebut Dalam Loka. Rumah ini digunakan oleh Suku Sumbawa, Sasak, Dompu, dan Dongu. Rumah ini dulunya hanya digunakan oleh raja dan kepala adat, bukan masyarakat biasa. Tapi kini Dalam Loka sudah boleh digunakan oleh masyarakat biasa.
Hal yang unik dari Rumah adat ini yaitu ditopang dengan 99 tiang yang melambangkan 99 sifat Allah dalam ajaran agama Islam. Area luar dilengkapi dengan dekorasi seperti kebun istana, gapura, atau tempat lonceng.
17. Rumah Adat Kalimantan Barat: Panjang
Rumah adat Kalimantan Barat bernama Rumah Radakng. Sering disebut juga rumah panjang karena memiliki panjang rumah hingga 180 meter, lebar 30 meter, dan tinggi 5 sampai 8 meter di atas permukaan tanah. Tiang-tiang penyangga rumahnya sangat tinggi dan tangganya lebar yang harus berjumlah ganjil.
Filosofi dari rumah ini menggambarkan kebersamaan dan toleransi dari setiap anggota keluarga. RumahRumah Radakng bisa menampung puluhan kepala keluarga dan ratusan orang didalamnya sebagai bentuk kebersamaan.
18. Rumah Adat Kalimantan Tengah: Betang
Rumah adat Kalimantan Tengah atau rumah betang, dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai. Rumahnya berbentuk panggung, punya panjang mencapai 30-150 meter, lebar 10-30 meter, dan tinggi tiang sekitar 3-5 meter.
Arsitekturnya mirip dengan rumah adat Panjang, Kalimantan Barat. Pada suku Dayak tertentu, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan rumah adat Betang.
Seperti, hulunya harus searah dengan matahari terbit dan hilirnya ke arah matahari terbenam. Hal ini adalah simbol kerja keras dan bertahan hidup dari matahari terbit sampai terbenam.
19. Rumah Adat Toraja: Tongkonan
Suku Toraja memiliki rumah adat yang berbentuk elegan. Lengkungan atapnya yang menjulang seperti haluan kapal menjadi ciri khasnya.
Rumah ini punya arsitektur bangunan yang mirip dengan bangunan Suku Bugis.
Ciri khasnya adalah teras yang luas dan jumlah anak tangga yang ganjil.
Untuk bahan bangunan, sebagian besar material rumah adat Toraja menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam. Saat ini sudah dilakukan memodifikasi atap tersebut untuk bentuk bangunan yang lebih kecil. Kamu yang berasal dari Toraja atau pecinta budayanya bisa mengadopsi model atap ini.
20. Rumah Adat Maluku Utara: Sasadu
Sasadu berasal dari kata Sasa – Sela – Lamo atau besar dan Tatadus – Tadus atau berlindung. Dari asal katanya, arti Sasadu bermakna berlindung di rumah besar.
Bentuk rumahnya seperti rumah panggung dengan batang pohon sagu sebagai pilar dan anyaman daun sagu sebagai penutup atap rumah.
Rumah adat Maluku Sasadu tidak punya pintu dan dinding penutup. Rumah ini dibangun tanpa menggunakan paku, melainkan bahan alam yaitu pasak kayu.
Pasak kayu ini digunakan untuk memperkuat sambungan dan tali ijuk dari pengikat rangka atap. Lantainya dibangun dengan semen karena pemeliharaannya lebih mudah. Rumah ini dilengkapi juga bendera besar yang disebut panji dan bendera kecil yang disebut dayalo.
21. Rumah Adat Bangka Belitung: Rumah Rakit
Penamaan Rumah Rakit juga berasal dari bentuk bangunannya yang sangat unik. Agar rumah bisa aman dan mengapung di permukaan air, maka rumah harus dibuat menyerupai rakit lengkap.
Banyak orang lebih memilih untuk membangun dan tinggal di Rumah Rakit karena mereka percaya bahwa air adalah salah satu sumber kehidupan terbaik untuk menjadi sumber penghidupan.
22. Rumah Adat Kalimantan Timur: Rumah Lamin
Rumah Lamin yang merupakan rumah adat suku Dayak merupakan rumah panggung yang panjang dan bersambung serta terdiri dari banyak ruangan. Panjang Rumah Lamin bisa mencapai 300 meter dengan lebar 15 meter dan tinggi kurang lebih 3 meter.
Rumah lamin biasanya terbuat dari kayu ulin dan kayu besi yang kuat dan tahan lama. Rumah Lamin sebagai identitas masyarakat Dayak Kalimantan Timur dapat dihuni oleh sekitar 25 hingga 30 kepala keluarga.
23. Rumah Adat Gorontalo: Rumah Dulohupa
Rumah Adat Dulohupa adalah rumah adat yang paling terkenal di kabupaten Gorontalo. Sebagian besar rumah adat tersebut berada di Kecamatan Kota Selatan. Secara arsitektur, rumah adat ini mengusung konsep rumah panggung. Namun, makna filosofis rumah adat ini berbeda dengan rumah panggung di Sumatera.
24. Rumah Adat Sulawesi Barat: Rumah Boyang
Rumah adat Sulawesi Barat ini juga terdiri dari dua jenis, yaitu Boyang Adaq dan Boyang Beasa. Kedua rumah adat tersebut memiliki perbedaan fungsi yang cukup signifikan. Rumah adat Boyang Adaq merupakan tempat tinggal yang diperuntukkan bagi para bangsawan atau pemuka adat, sedangkan Boyang Beasa merupakan tempat tinggal masyarakat biasa.
25. Rumah Adat Sulawesi Tengah: Rumah Tambi
Rumah adat Tambi ini dibuat dalam bentuk rumah panggung yang memiliki tiang penyangga struktur pendek dan tingginya tidak lebih dari satu meter.
Sengaja dibuat agar tidak menyentuh tanah agar permukaan di dalam rumah tidak terlalu lembap dan tetap nyaman di segala cuaca yang berbeda.
Tiang penyangga struktur rumah Tambi terbuat dari kayu bonati yang merupakan salah satu jenis kayu hutan yang memiliki tekstur kuat dan tidak mudah lapuk.
26. Rumah Adat Sulawesi Utara: Rumah Walewangko
Rumah Adat Walewangko terdiri dari tiga bagian yaitu bagian bawah, bagian tengah dan bagian atas. Di bagian bawah rumah terdapat tiang-tiang penyangga rumah panggung.
Di bagian tengah rumah terdapat beberapa ruangan. Sedangkan pada bagian atasnya terdapat atap yang biasanya menggunakan ilalang atau daun nipah.
27. Rumah Adat NTT: Rumah Musalaki
Rumah adat Musalaki pada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal kepala beberapa suku di Nusa Tenggara Timur. Hingga saat ini, desain dari rumah adat Musalaki terus digunakan sebagai salah satu template desain utama untuk gedung-gedung pemerintahan seperti kantor Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
28. Rumah Adat Maluku: Rumah Baileo
Baileo House berbentuk seperti rumah panggung atau rumah berkubah, dan memiliki tata ruang persegi. Pondasi bangunan terbuat dari kayu, papan dan daun sagu sebagai atapnya. Tidak seperti kebanyakan rumah tradisional di Indonesia, rumah adat Baileo dikenal sangat luas dan besar.
29. Rumah Adat Kalimantan Selatan: Rumah Atap Tinggi
Rumah adat Kalimantan Selatan bernama Bubungan Tinggi ini memiliki sejumlah filosofi unik dan bermakna. Rumah ini melambangkan kesatuan dunia atas dan dunia bawah. Hal ini terlihat pada ukiran burung enggang yang disamarkan di ujung garis horizontal atap rumah yang melambangkan dunia atas.
30. Rumah Adat Kalimantan Utara: Rumah Baloy
Rumah adat Kalimantan Utara atau yang sering disebut dengan rumah Baloy atau rumah Baloy Mayo sebenarnya merupakan rumah adat suku Tidung, salah satu suku yang mendiami provinsi Kalimantan Utara.
Berbeda dengan suku lain, seperti Dayak, suku Tidung masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Apalagi salah satu budaya suku Tidung juga telah disalahartikan sebagai budaya milik Cina.
31. Rumah Adat Sulawesi Tenggara: Rumah Banua Tada
Rumah adat Sulawesi Tenggara ini terdiri dari dua kata, Banua dan Tada. Benua artinya rumah, sedangkan Tada artinya siku. Jika digabungkan, rumah ini memiliki arti rumah siku.
Menurut sejarah, rumah adat Banua Tada ini pertama kali dibangun pada masa Raja Buton yang pertama, yaitu Wa Kaa Kaa.
Pembuatan rumah adat ini merupakan bentuk penghormatan masyarakat adat terhadap rajanya. Saat itu, rumah-rumah yang dibangun cenderung sangat sederhana tanpa hiasan apapun.
32. Rumah Adat Papua: Kariwari
Rumah Kariwari merupakan salah satu rumah adat khas Papua, lebih tepatnya rumah adat Suku Tobati-Enggros yang tinggal di sekitar Teluk Yotefa dan Danau Sentani, Jayapura. Berbeda dengan bentuk rumah adat Papua lainnya – seperti honai bulat – rumah Kariwari berbentuk seperti limas segi delapan.
Rumah kariwari biasanya terbuat dari bambu, kayu besi dan daun sagu hutan. Rumah Kariwari terdiri dari dua lantai dan tiga kamar atau tiga kamar yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.
33. Rumah Adat Kepulauan Riau: Rumah Belah Bubung
Rumah Belah Bubung adalah rumah adat dari Kepulauan Riau di Indonesia.Rumah Belah Bubung juga dikenal sebagai rumah ragung atau rumah bubung dalam bahasa Melayu. Konon nama rumah ini diberikan oleh orang asing yang datang ke Indonesia seperti China dan Belanda.
Rumah Belah Roof memiliki model rumah yang sama dengan rumah panggung. Rumah ini memiliki ketinggian 2 meter dari tanah dan ditopang oleh beberapa tiang penyangga.
Rumah ini memiliki atap berbentuk pelana kuda. Rumah induk terbagi menjadi 4 bagian, yaitu ruang utama, ruang utama, ruang penghubung dengan dapur, dan dapur. Rumah Belah Bung bahan dasarnya adalah kayu.
34. Rumah Adat Papua Barat: Honai
Honai adalah rumah adat Papua Barat dengan ventilasi dan penerangan yang minim atau tanpa jendela. Tujuan dibuatnya rumah dekat ini adalah untuk menahan hawa dingin, karena banyak orang Papua yang tinggal di daerah pegunungan.
Bahan bangunan rumah ini umumnya terdiri dari kayu dan ilalang. Rumah ini masih bisa diadopsi untuk bangunan modern melalui beberapa modifikasi seperti mengganti kayu dengan dinding dan menjadi lebih terbuka, disesuaikan dengan area.
35. Rumah Adat Papua Barat: Rumah Adat Mod Aki Aksa
Rumah Mod Aki Aksa ini termasuk rumah adat terunik loh, Ruppers. Bagian atapnya terbuat dari ilalang dengan lantai dari anyaman rotan. Dinding-dindingnya tersusun dari kayu dan terlihat saling mengikat satu sama lain.
36. Rumah Adat Papua Selatan: Rumah Adat Jew
Dari provinsi baru yang ada di Pulau Papua ini, yaitu Papua Selatan, ternyata juga ada rumah adat, lho. Rumah adat dari Papua Selatan ini bernama Rumah Jew, yang ditempati oleh Suku Asmat.
Rumah Jewberukuran besar dengan panjang 15 meter dan lebar 10 meter. Wajar saja, karena rumah ini ditempati oleh anggota Suku Asmat yang sangat banyak jumlahnya.
Uniknya lagi, hanya laki-laki belum menikah yang boleh tinggal di rumah ini, lho. Para wanita serta anak laki-laki dibawah 10 tahun tidak boleh masuk ke dalamnya.
Nah, nantinya di dalam rumah ini, para laki-laki tersebut akan belajar dari seniornya tentang berbagai keterampilan hingga pendidikan.
37. Rumah Adat Provinsi Papua Tengah: Rumah Adat Karapao.
Beralih ke provinsi baru selanjutnya, yaitu Papua Tengah. Di provinsi ini, terdapat rumah adat bernama Karapao yang didiami oleh suku Kamoro.
Bentuknya seperti rumah panggung persegi panjang, yang ukurannya disesuaikan dengan jumlah anak-anak di desa tersebut. Rumah Karapao berfungsi sebagai tempat adat istiadat serta untuk pembelajaran bagi para anak-anak suku Kamoro.
Uniknya, pintu di rumah adat satu ini dibuat dengan menyesuaikan jumlah anak-anak yang akan belajar. Misalnya, ada 20 anak yang belajar, maka akan dibuat 20 pintu pula.