spot_img
BerandaRadar Berita IndonesiaPEMERINTAHKrisis Lahan Sawah di Kota Padang: Ancaman Ketahanan Pangan dan Solusinya

Krisis Lahan Sawah di Kota Padang: Ancaman Ketahanan Pangan dan Solusinya

Radar Berita Indonesia | Penurunan luas lahan sawah di Kota Padang, dari 4.341 hektare menjadi perkiraan 2.500 hektare pada 2030, menunjukkan tantangan serius akibat alih fungsi lahan, terutama untuk perumahan dan infrastruktur.

Penurunan luas lahan sawah ini berdampak pada ketahanan pangan daerah, mengingat ketergantungan Kota Padang terhadap pasokan beras dari luar semakin meningkat.

Alih fungsi lahan sawah di Kota Padang terus berlanjut, dengan sekitar 1.841 hektare sudah mengantongi izin pembangunan berdasarkan RDTR Dinas PUPR tahun 2022. Meskipun belum semuanya dikembangkan menjadi perumahan atau infrastruktur lainnya, tren ini mempercepat penyusutan lahan pertanian produktif.

BACA JUGA  Kawal Larangan Mudik, Polda Kalsel Siapkan 6 Titik Lokasi Posko Perbatasan

Kecamatan Koto Tangah masih menjadi wilayah dengan sawah terluas, sementara Padang Barat dan Padang Utara kini tidak memiliki sawah sama sekali. Produksi padi di Padang yang mencapai 5,2 ton per hektare berisiko mengalami penurunan jika tren ini berlanjut, sehingga ketergantungan terhadap pasokan beras dari luar daerah bisa meningkat.

Strategi seperti penerapan teknologi pertanian modern, penggunaan bibit unggul, dan pupuk organik perlu terus diperkuat. Selain itu, kebijakan untuk mengendalikan alih fungsi lahan dan mendorong sektor pertanian perkotaan, seperti hidroponik, bisa menjadi solusi jangka panjang.

Penurunan kemampuan Kota Padang dalam memenuhi kebutuhan beras sendiri meningkatkan ketergantungan pada pasokan dari daerah lain. Hal ini berpotensi mempengaruhi stabilitas harga dan ketersediaan beras, terutama saat terjadi gangguan distribusi atau kenaikan harga di daerah pemasok.

BACA JUGA  Polres Bontang Tangkap Seorang Pemuda di Bontang Terlibat Peredaran Narkoba

Upaya seperti optimalisasi teknke ologi pertanian, peningkatan produktivitas lahan yang tersisa, dan pengembangan pertanian perkotaan dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatifnya.

Selain strategi tersebut, Pemko Padang juga dapat mempertimbangkan beberapa langkah tambahan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan beras dari luar daerah dan menjaga ketahanan pangan:1 yang Tersisa

• Meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dengan sistem tanam jajar legowo.

Mengembangkan metode pertanian berkelanjutan seperti irigasi tetes dan pertanian presisi.
• Penguatan Urban Farming
• Mendorong pertanian perkotaan dengan sistem hidroponik, akuaponik, dan vertikultur.

BACA JUGA  Pembukaan MTQ antar TPQ/TQA BKS di Bandar Buat, Irwan Basir: Musabaqah Tiwatul Quran Sebagi Syiar Islam Kepada Generasi Muda

Mengintegrasikan program urban farming dalam komunitas dan sekolah.
• Diversifikasi Pangan
• Mengembangkan sumber karbohidrat alternatif seperti ubi, jagung, dan sagu.

Menggalakkan konsumsi pangan lokal non-beras melalui edukasi dan kampanye.
• Kerja Sama dengan Daerah Penghasil Beras
• Menjalin kemitraan jangka panjang dengan Solok, Pesisir Selatan, Pariaman, dan Tanah Datar untuk pasokan beras yang stabil.

BACA JUGA  Desa Gampong Ulee Lheue Aceh Kaya Akan Wisata dan Masjid Bersejarah

Mengembangkan sistem perdagangan beras yang lebih efisien dengan memperkuat rantai distribusi.

• Pemberdayaan Petani Milenial
• Memberikan insentif bagi generasi muda untuk bertani dengan teknologi canggih.
• Menyediakan pelatihan dan akses modal bagi petani muda untuk inovasi pertanian.

Saat ini, produktivitas sawah di Kota Padang mencapai 5,2 ton per hektare. Dengan berbagai inovasi pertanian, diharapkan produksi dapat tetap stabil meskipun luas sawah terus berkurang.

BACA JUGA  Janji Kerja di PT. KAI Berujung Tipuan: 26 Korban Rugi Jutaan Rupiah

Meskipun luas sawah menyusut, pasokan air untuk irigasi di Kota Padang masih dalam kondisi aman. Curah hujan yang tinggi dalam beberapa bulan terakhir membantu mempertahankan ketersediaan air di daerah persawahan.

Dari sisi tenaga kerja, jumlah petani di Kota Padang saat ini sekitar 15.000 kepala keluarga. Meski sudah ada petani milenial, mereka masih lebih banyak bergerak di sektor hidroponik dibandingkan pertanian sawah.

“Petani milenial belum banyak yang terjun ke lahan sawah. Mereka lebih tertarik ke pertanian hidroponik. Ke depan, kami akan mendorong mereka agar mau berkecimpung di sektor persawahan,” ungkap Yoice.

BACA JUGA  Izet Preman Viral Pemalak Sopir Truk Semen Padang Diringkus Dirreskrimum Polda Sumbar

Terkait dengan pupuk bersubsidi, ketersediaan di Kota Padang saat ini sudah mencukupi. Meskipun pada awal 2024 sempat terjadi kekurangan karena hanya 30 persen dari kebutuhan yang disalurkan oleh Kementerian Pertanian, kini kuota pupuk bersubsidi sudah kembali normal.

Dengan pupuk yang mencukupi dan dukungan teknologi, kami optimistis produksi padi di Kota Padang bisa tetap terjaga meskipun luas lahan berkurang,” tutup Yoice.

spot_img
Must Read
spot_img
spot_img
spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini