Radar Berita Indonesia | Sudah terlalu lama rakyat menunggu bukti, bukan sekadar janji manis saat kampanye. Jabatan sebagai Gubernur, Walikota dan Bupati di Sumbar bukan panggung sandiwara untuk pencitraan, tapi amanah besar yang harus ditunaikan dengan kerja nyata.
Masyarakat butuh pemimpin yang hadir di tengah kesulitan, bukan yang hanya muncul saat pesta demokrasi. Infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja harus jadi prioritas, bukan wacana belaka.
Kami tak butuh seremonial dan baliho besar, kami butuh perubahan yang bisa dirasakan hingga ke pelosok nagari.
Jabatan sebagai Gubernur, Walikota dan Bupati di Sumbar berhentilah sibuk dengan pencitraan, turunlah ke lapangan dan dengarkan suara rakyat yang lelah berharap.
Jangan tunggu tahun politik baru bergerak, karena pembangunan tak boleh menunggu masa kampanye.
Jabatan itu amanah, bukan alat untuk memperkaya diri dan kroni. Rakyat Sumbar tak buta, kami mencatat siapa yang bekerja dan siapa yang hanya bicara. Kami tak lagi mudah dibeli dengan janji-janji muluk.
Jika tak sanggup membawa perubahan, lebih baik mundur terhormat daripada bertahan tanpa arah. Kami butuh pemimpin yang berpihak pada rakyat, bukan yang sibuk menjaga kursi dan gengsi.
Jangan anggap diamnya rakyat sebagai tanda puas, itu adalah bentuk lelah yang sudah terlalu sering dikhianati. Kami tidak butuh janji seribu kata, tapi satu tindakan nyata yang bisa dirasakan hingga ke akar rumput.
Petani tetap berjuang sendiri, nelayan menantang ombak tanpa perlindungan, anak-anak sekolah berjalan jauh tanpa fasilitas memadai. Sementara pemimpin sibuk berburu proyek dan saling berebut citra di media.

Sumatera Barat adalah tanah para pejuang, bukan tempat bagi pemimpin yang hanya bisa bersilat lidah. Jangan permainkan harapan masyarakat demi ambisi politik.
Rakyat kini menuntut bukti, bukan basa-basi. Bila masih ingin dipercaya, buktikan sekarang bukan nanti menjelang pemilu.
Kami ingin melihat perubahan bukan hanya di pusat kota, tapi sampai ke jorong-jorong yang selama ini terabaikan.
Jangan biarkan pembangunan hanya berputar di seputar gedung megah, sementara jalan kampung tetap rusak, air bersih langka, dan sinyal pun tak menyapa.
Jangan bangga duduk di kursi empuk saat rakyat duduk gelisah menanti keadilan. Setiap rupiah dari anggaran adalah hak rakyat, bukan warisan keluarga atau ladang proyek kelompok elite.
Kami ingin pemimpin yang tak hanya pandai berkata, tapi juga berani mendengar. Yang tak alergi kritik, dan tak gentar memperjuangkan hak warganya meski harus melawan arus.
Wahai Gubernur, Walikota dan Bupati di Ranah Minang, jika niatmu benar untuk mengabdi, maka buktikan dengan kerja. Karena sejarah hanya mencatat mereka yang memberi, bukan yang sekadar menjabat.
Cukup sudah rakyat dibuai kata-kata manis saat kampanye, hanya untuk dikhianati saat kekuasaan digenggam.
Jangan jadikan amanah ini sekadar batu loncatan ke jabatan yang lebih tinggi. Rakyat bukan tangga mereka adalah alasan mengapa kalian di sana.
Jika kalian benar-benar dari rakyat dan untuk rakyat, buktikan dengan hadir di tengah mereka. Rasakan debu jalanan yang mereka lewati, dengar langsung keluh kesah yang tak pernah sampai ke ruang rapat.
Jadilah pemimpin yang dikenang karena keberanian membela, bukan karena kemewahan gaya hidup dan panjangnya iring-iringan mobil dinas.
Ingatlah, jabatan itu sementara, tapi nama baik dan pengabdian yang tulus akan abadi dalam sejarah Ranah Minang. Kami tidak meminta kesempurnaan, hanya kejujuran dan keberpihakan.
Karena di Sumatera Barat, pemimpin sejati bukan mereka yang banyak berbicara, tapi mereka yang diam-diam bekerja dan besar karena cinta rakyatnya.
Rakyat Sumbar bukan lagi rakyat yang bisa dibungkam oleh seremonial atau di silaukan oleh pencitraan. Kami sudah melek, kami sudah paham. Dan kami akan terus bersuara, meski tak punya panggung, meski tak punya kekuasaan.
Karena suara rakyat bukan sekadar teriakan kosong. Ia adalah peringatan. Ia adalah pengingat bahwa kekuasaan sejati bukan ada di balik meja dan ruangan ber-AC, tapi di hati dan kepercayaan masyarakat.
Gubernur, Walikota dan Bupati, yang kini sedang memegang tampuk di Sumatera Barat ingatlah, kekuasaan itu pinjaman. Dan setiap pinjaman harus dipertanggungjawabkan, jika bukan di dunia, maka di akhirat.
Ranah Minang menunggu pemimpin yang bukan sekadar hadir saat kamera menyala, tapi yang tetap berdiri saat semua lampu mati.
Penulis: Dedi Prima Maha Rajo Dirajo.


