Minggu, September 24, 2023
No menu items!

Konflik di Pulau Rempang, Panglima: Prajurit TNI Untuk Menahan Diri

Must Read
Jakarta, Radar BI | Perintah Panglima TNI Laksamana Yudo Margono terkait konflik di Pulau Rempang, Batam, Provinsi Kepri kepada prajurit TNI memicu reaksi negatif dari publik.

Terkait hal ini Mabes TNI memberikan penjelasan. Panglima TNI sempat memberikan arahan kepada para prajurit TNI dalam menyikapi aksi rusuh di Rempang.

Ia meminta TNI untuk menahan diri, untuk demo ya saya minta untuk menahan diri, saya melihat kemarin demonya seperti itu, itu sudah bukan demo lagi itu anarkis istilahnya.

BACA JUGA  Gelar Prarekonstruksi Kasus Penembakan Antar Anggota, Polri: Komitmen Kapolri Usut Tuntas Berdasarkan Pembuktian Ilmiah

Orang sudah diam diambilkan batu di depannya, ini kan kayak orang lagi bunuh hewan pake batu gede dilemparkan,” ujar Panglima TNI Yudo Margono dalam pengarahan Netralitas Pemilu dan Bimbingan Teknik Tindak Pidana Pemilu 2023 di Mabes TNI, Selasa (12/9/2023).

Video itu disiarkan live oleh Mabes TNI. Namun kini sudah di private. Ada pernyataan Yudo yang kemudian viral. Ia meminta TNI memiting para pendemo di Rempang.

“Saya khawatir anak-anak ini mindsetnya berubah seperti orde baru, kita bawa tameng pentungan, ini sebenarnya tugas kepolisian, kalau enggak mampu kia beking,” ujarnya.

BACA JUGA  Sumsel Urutan Kedua Tingkat Penyalahgunaan Narkoba Tertinggi di Indonesia

“Saya lihat dia (polisi) bertahan aja, ini yang pendemo bawa batu besar kayak lempari…. lebih dari masyarakat satu orang miting satu, satu miting satu kan selesai, enggak usai pakai alat, dipiting satu satu saja,” ucap Yudo. – pernyataan ini yang kemudian viral dan menuai sorotan masyarakat.

Kapuspen TNI Laksda TNI Julius Widjojono mengatakan, ada salah pemahaman dari masyarakat atas pernyataan Yudo karena konteksnya berbeda.

“Jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan bahwa demo yang terjadi di Rempang sudah mengarah pada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan baik aparat maupun masyarakat itu sendiri, sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk manahan diri,” ujar Julius.

BACA JUGA  2 Pelaku Kasus Perdagangan Orang Ditangkap Polres Bandara

Julius menjelaskan, Panglima TNI menginstruksikan kepada Komandan Satuan untuk melarang prajurit menggunakan alat/senjata, dalam mengamankan aksi demo Rempang.

Tujuannya untuk menghindari korban. TNI lebih baik menurunkan prajurit lebih banyak dari pada menggunakan peralatan yang bisa mematikan.

Terkait bahasa piting memiting, Julius mengatakan sebenarnya hanya bahasa prajurit, karena disampaikan di forum prajurit, yang berarti setiap prajurit “merangkul” satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan.

BACA JUGA  Menteri PAN RB Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia di RS Abdi Waluyo

“Kadang-kadang bahasa prajurit itu suka disalahartikan oleh masyarakat yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya bicara prajurit,” ujarnya.

Namun, Julius memahami adanya kesalahan tafsir ini. Menurutnya, Yudo tidak berharap kebrutalan dilawan dengan kebrutalan.

“Perlu diingat dengan konflik ini, maka kerugian pasti diterima oleh aparat dan masyarakat Indonesia sendiri,” pungkasnya.

Iklan

Latest News

Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus RT.02/03 dan RW XIII Rambutan, Begini Kata Irwan Basir

Padang, Radar BI | Ketua RW dan Ketua RT adalah tokoh masyarakat yang didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting untuk memimpin...

Artikel Lain Yang Anda Suka