Cianjur, Radar BI | PT. Maskapai Perkebunan Mulia (MPM) melakukan kegiatan consulting untuk menghadapi problem solving (pemecahan masalah) kepada para petani penggarap mengenai kegiatan pengelolaan perkebunan kopi pada hari, Kamis (02/06/2022).
Kegiatan tersebut merupakan inisiasi PT MPM dengan menggunakan jasa konsultan sebagai upaya kooperatif pihak perusahaan dengan petani penggarap khususnya tanaman kopi.
Menurut Mulyadi, dirinya akan memberikan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar budidaya tanaman kopi yang digarap para petani bisa berhasil.

“Teori itu hanya 15 %, sementara praktek 85%, secara ilustrasi gambarannya seperti ini, saudara bertanya kepada saya, bisakah tanah ini dibangun rumah. Setelah dianalisa saya lihat tanah ini tidak bisa untuk dibangun rumah, lalu saya bilang bahwa tanah ini bisa dibuat rumah, apakah yang terjadi? Tentu rumahnya akan terbalik”.
“Saya lihat pola tanam di tanah garapan ini tidak baik, kenapa? Sistem tumpang sari nya yang kurang baik. Itu analisa saya, disini saya sudah tiga bulan dan saya menganalisanya tidak lewat foto” tuturnya.
“Jadi kesimpulannya seperti ini, bagaimana perusahaan untung petani untung, kerjasamanya harus fair, gak boleh ada yang dirugikan, artinya tatanan itu harus dibangun, bagaimana pola berkebun kopi yang baik supaya perusahaan untung petani juga dapat cipratannya”.
Saat ditanya oleh wartawan Radar Bhayangkara Indonesia mengenai hasil paparannya, Mulyadi menuturkan. Untuk lahan yang produktif sudah tidak boleh, mereka (petani, red.) fokus merawat kebun kopinya. Disini selama ini belum pernah dilakukan pemaparan seperti ini, jadi ini ada perubahan dan saya tawarkan ke beliau-beliau (petani, red.).
“Saya sosialisi ini kan mengajak ke perubahan, kalau para petani menolak, saya pasti akan sampaikan ke atas (perusahaan, red) nanti tergantung mereka, kalau mau perubahan, hayu kita saling bergandengan tangan”, katanya.
Hasilnya adalah kesepakatan dengan petani mengenai perlu dilakukannya perubahan untuk mengupayakan keuntungan kedua belah pihak. Consulting ini dihadiri oleh 75 orang petani penggarap dan acara ini berlangsung lancar hingga selesai.
Menurut Adang (berusia 45 tahun) salah seorang petani penggarap, menyatakan bahwa dengan acara ini, dia merasa bertambah ilmu tentang budidaya kopi. Saya senang dengan kegiatan ini, jadi nambah ilmu, nambah pengetahuan dan bertambah juga keuntungan, ujar Adang.
PT MPM adalah pemegang HGU atas lahan seluas +_ 1.020 Ha lahan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur.
Petani penggarap yang sudah mendapat ijin jumlahnya cukup banyak sekitar 400 orang dengan melakukan penanaman secara tumpang sari tanaman hortikultural blok Cikole, Ciseureuh, Mardika, Cimanjur, Galukguk, Caringin dan Lemahduhur. PT MPM juga sudah bekerjasama dengan Yayasan Hubbul waton Indonesia 19 (YWI), program deradikalisasi, Paskomnas dan masyarakat blok Cikujang, Golendang, Barudawa, Pajagan, Cidaweung dan Cipancuh.
“Semua program itu untuk penanaman kopi dan pakis yang hingga saat ini untuk ekspor ke Jepang”, pungkas Mulyadi. (AJ)
Sumber: Deri Setiawan.
Facebook Comments