Sumbar, Radar BI | Tokoh masyarakat Kuranji Erianto Mahmuda menghadiri pelaksanaan kegiatan salawat dulang dan menyemarakkan tahun baru Islam 1445 Hijriah. Bertempat di Halaman Masjid Al – Ihsan, Rimbo Tarok, Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, pada hari Jum’at (21/7/2023) Malam.
Erianto Mahmuda mengatakan, selawat dulang ini harus dilestarikan di tingkat Kelurahan dan Kecamatan maupun Kota Padang sehingga tradisi ini tidak hilang ditelan zaman.
Malam ini bersama kita menyaksikan seni sastra lisan Minangkabau yang kita kenal dengan salawat dulang. Seni sastra lisan ini menampilkan pesan-pesan moral dan agama.
Saya mengingatkan agar orang tua agar mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai agama dan budaya. Setiap orang tua harus memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anaknya.
“Mari kita serahkan anak-anak kita ke surau atau Masjid agar mendapat pendidikan agama yang baik. Orang tua tidak hanya cukup menyekolahkan anak, mulai dari SD sampai kuliah di perguruan tinggi, tetapi pendidikan agamanya juga harus diperhatikan,” tegasnya Erianto Mahmuda melalui telepon selulernya kepada media Radar Berita Indonesia, Sabtu (22/7/2023) Pagi.
Namun itu pun belum cukup, Bendahara DPC Partai Golkar Kuranji juga menyampaikan anak tidak hanya disekolahkan dan diserahkan pendidikan agamanya ke surau.
Tetapi orang tua memiliki peran penting bagi pendidikan anak di rumah. Anak harus mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya.
Saat ini banyak anak-anak yang terlibat tawuran, pergaulan bebas dan narkoba. Itu disebabkan kurangnya kasih sayang dari orang tua.
Untuk itu, mari kita imbangin pendidikan anak kita di rumah dengan memberikan kasih sayang kepada mereka. Jika tidak, mereka akan mencari kasih sayang yang lain, bentuk perhatian yang lain,” jelas Erianto Mahmuda.
Lebih lanjut, Erianto Mahmuda mengatakan dunia sekarang adalah dunia media sosial. Akibatnya, dengan siapa saja anak-anak di dunia maya bisa bergaul.
Kalau tidak diisi, tidak diarahkan, tidak diberikan bekal terhadap ancaman – ancaman masa depan mereka, pasti mereka akan tersesat.
Cara orang tua dulu mendidik anak layak dicontoh. Saya merasakan waktu kecil, kalau sudah magrib, wajib tiba di rumah untuk salat magrib berjamaah, ayah jadi imam dan anak serta ibunya jadi makmum, jelasnya.
Setelah salat magrib berjamaah, makan bersama. Disaat itulah orang tua berkomunikasi dengan anak. Orang tua menceritakan perjalanan hidupnya.
“Orang tua berusaha menyakinkan anak-anak mereka, tidak mungkin awak berubah nasib awak, kalau bukan awak yang mengusahakannya,” ungkapnya.
Erianto Mahmuda berpesan agar orang tua memberikan pendidikan nilai adat dan budaya kepada anak-anak mereka, sehingga anak-anak tak tercabut dari akar budayanya sebagai orang Minangkabau.
“Bagaimana kita hidup di kampung. Mandi di baruh-baruh, mamintak di bawah-bawah, tau batu nan ka manaruang, ranting nan ka mamatah, kato nan ampek: kato manurun, kato mandaki, kato mandata, dan kato malereng. Semuanya dijelaskan oleh orang tua zaman dulu.
“Bagaimana kita berbicara dengan orang tua, orang sumando, orang yang lebih kecil dari kita, semuanya harus ditanamkan. Lamak dek awak, katuju dek urang. Bagaimana kita bisa berfikir menurut patuik, alua, dan mungkin. Itu semua harus dijelaskan orang tua kepada anak-anak”, ujarnya Erianto.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh: Anggota DPRD Kota Padang Zalmadi, S. Hum, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, RT/RW Rimbo Tarok, Bundo Kandung, Pengurus Masjid Masjid Al Ihsan, Rimbo Tarok, Forum Komunikasi Selawat Dulang, Pemuda dan pemudi. (DP)