Radar Berita Indonesia | Memey Melani Saputri, gadis 17 tahun dari Dusun Manis, Desa Kertaungaran, Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat harus mengubur sementara mimpinya menempuh pendidikan.
Penyakit TB tulang yang dideritanya membuat Memey kehilangan kemampuan berjalan dan memaksanya berhenti sekolah.
Padahal, sebelum sakit, Memey dikenal sebagai siswi aktif di MAN Ciawigebang. Ia pernah bergabung dalam ekstrakurikuler paskibra dan memiliki semangat tinggi untuk belajar serta berorganisasi.
Semua berubah saat bulan Ramadhan 2024, ketika ia mulai merasakan sakit di bagian dada. Rasa sakit itu kian hari kian parah, hingga akhirnya Memey divonis mengidap TB tulang.
Kini, perjuangan Memey bukan lagi soal nilai atau ujian sekolah, tapi soal bertahan dan berharap sembuh.
Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat menjadi penguat harapannya untuk bisa kembali berdiri, melanjutkan pendidikan, dan mengejar mimpi-mimpinya yang sempat terhenti.
Dalam perjalanan pulang, orang tuanya bernama Endi Rohendiana yang akrab disapa Ki Anom Al-Aziz memutuskan membawa Memey lebih dulu ke Rumah Sakit Mitra Plumbon untuk pemeriksaan lanjutan.
Dengan biaya pribadi, Memey menjalani MRI. Hasilnya mengungkap fakta pahit: gejala TB tulang dengan kondisi tulang ekor yang mulai keropos.
Dokter menyarankan operasi di RS Santosa, Bandung. Namun, harapan itu terganjal sistem – prosedur BPJS mengharuskan antre selama seminggu, waktu yang terlalu lama bagi Memey yang setiap malam menahan nyeri luar biasa.
Melihat kondisi yang makin kritis, keluarga dan orang tua Endi Rohendiana harus membuat keputusan cepat. Rencana operasi di Bandung dibatalkan. Setelah berkoordinasi dengan dokter di RS Plumbon, Memey akhirnya dibawa ke RS Gunung Jati, Cirebon.
Di sanalah akhirnya Memey menjalani operasi yang menjadi titik penting dalam perjuangannya melawan TB tulang.
Namun perjuangan belum usai. Usai operasi, Memey tidak sadarkan diri selama 2×24 jam. Ia dirawat selama 20 hari sebelum akhirnya diperbolehkan pulang untuk menjalani pemulihan dengan kontrol dua kali seminggu. Tapi harapan akan kesembuhan belum juga datang.
Endi Rohendiana bahkan membawa Memey ke rumah sakit di Karawang untuk pengobatan lanjutan. Sayangnya, hingga kini, Memey masih hanya bisa terbaring di tempat tidur. Untuk sekadar duduk pun, ia kesulitan.
Di tengah kondisi ini, Memey juga harus kehilangan ibunya. Kini, ia hanya diasuh oleh sang ayah, Endi Rohendiana (Ki Anom), yang dengan penuh cinta merawatnya seorang diri.
“Sekolahnya tidak bisa dilanjutkan karena keadaan ini. Tapi Memey masih punya keinginan besar untuk bisa sekolah lagi,” ungkap Endi Rohendiana yang akrab disapa Ki Anom, dengan suara penuh haru.
Kini, Ki Anom hanya bisa berharap ada uluran tangan dari masyarakat dan pemerintah untuk membantu pengobatan putri semata wayangnya.
Agar Memey bisa kembali sehat, kembali duduk di bangku sekolah, dan kembali mengejar mimpinya yang sempat terhenti.
Bagi yang ingin berdonasi atau bersilaturahmi langsung, dapat menghubungi:
Endi Rohendiana (Ki Anom)
No. HP/WA: 0878-4722-2238
Rekening BRI (Bank Rakyat Indonesia)
0133-0105-8656-509 atas nama Endi Rohendiana
Uluran tangan dan doa dari Bapak/Ibu sangat berarti agar Memey bisa kembali sehat dan mengejar cita-citanya yang sempat tertunda.
Sumber Asep Berlin.
Editor: Dedi Prima Maha Rajo Dirajo.